Kamis, 16 Juli 2009

Penerbangan Mekanis


Sementara manusia memanjakan impiannya, mereka tak pernah menyadari bahwa manusia memegang kunci persoalan penerbangan mekanis, layang-layang. Pencipta permainan ini adalah Archytas dari Tarentum 400 tahun sebelum masehi. Tapi orang China, Korea dan bangsa-bangsa timur jauh lainnya telah mengenal sebelumnya. Asal-usul layang-layang mungkin bersifat religius seperti tradisi bangsa Maori. Bahkan ilmuwan seperti Benjamin Franklin menggunakan layang-layang pada penelitiannya, masih belum mengerti betul bahwa mainan yang rapuh yang terbuat dari benang dan kertas dapat menguak rahasia penerbangan yang lebih berat dari udara. Walau begitu tiap anak yang menerbangkan layang-layang tahu betul bahwa layang-layangnya dapat terangkat dari tanah dengan menarik benangnya benangnya menentang arah angin. Sehingga tekanan udara yang mengalir dapat mengangkat layang-layang itu. Mereka juga tahu bahwa layang-layang yang berekor jauh lebih seimbang dari pada yang tak berekor. 

Mitos Dalam Sejarah Penerbangan



Sejak awal manusia memperhatikan burung dan mencoba menirunya. Caranya menukik, membubung lepas dari bumi dan terbang sangat menakjubkan. Bagaimana mereka melakukan itu? badannya padat seperti badan kita juga. Dalam mitos dan legenda lama para dewa dan bidadari digambarkan senagai manusia super yang mampu terbang, atau paling tidak mereka menggunakan kendaraan malaikat dalam perjalanan udaranya. Queen Etana dari Babilonia berkelana diatas punggung Garuda. Alexander menyuruh sekelompok burung lapar mengangkut dia di udara dengan memegang hati kuda diujung lembing di depan paruh mereka. Wieland De Smith membuat gaun dari bulu untuk membalas dendam kepada musuh-musuhnya. Sinbad dari kota seribu satu malam berkelana diangkasa dengan menunggang burung raksasa. Daedalus dan anaknya Icarus membuat sayap untuk terbang dari Kreta. Daedalus mencapai tujuannya, namun Icarus terbang terlalu dekat ke Matahari sehingga lilin yang dipakai untuk melekatkan sayapnya meleleh dan dia jatuh ke laut.